Bagi orang Tegal, teh bukan sekedar bahan baku untuk membuat minuman saja, melainkan juga memiliki fungsi lain, salah satunya adalah sebagai cindera mata. Teh Tegal memang berbeda dengan teh kota lainnya. Khas cita rasa dan wangi melatinya membuat teh Tegal menjadi primadona bagi para penikmat teh khususnya orang tegal yang sudah memiliki tradisi minum teh jauh sebelum tanaman teh datang ke Indonesia sekitar abad ke-17 yang berakar dari China.

Budaya minum teh di tegal memang sudah sangat kental sekali. Tak kurang dari segelas perhari, air yang diminum sehari-hari di tegal adalah teh. Biasanya teh disuguhkan pagi hari bersama sarapan ponggol yang juga merupakan makanan khas orang tegal. Ketika sore menjelang maghrib, sajian teh ini pun disandingkan sebagai minuman penyegar badan setelah seharian beraktifitas. Kebiasaan minum teh ini pun tidak hanya sampai pada menjadi sajian minuman harian. Namun, setiap kali ada acara hajatan atau acara besar minuman hangat ini selalu menjadi andalan. Mungkin di samping rasanya yang nikmat, minuman teh sangat mudah sekali proses penyajianya.

Sama halnya dengan nasi yang sudah menjadi makanan pokok sehari-hari, minuman teh bagi orang tegal pun sudah menjadi minuman utama sehari-hari. Jadi, di setiap rumah pasti tersedia teh untuk kebutuhan sehari-hari. Dengan semboyan WASGITEL – Wangi, Panas, Legi (Manis) dan Kentel, teh Tegal menjadi beda dengan teh kebanyakan. Rasanya yang agak-agak sepet, karena memang berasal dari batang teh yang ikut digiling bersama daun teh sehingga menghasilkan teh yang rasanya khas. Namun, karena diolah dengan bunga melati teh tegal menjadi lebih unik dan lebih nikmat aroma dan rasanya.

Sejarah mencatat, Belanda lah yang membawa masuk tanaman teh ke Indonesia dengan cara sistem tanam paksa. Produk teh yang berkualitas sebagian besar diekspor ke Belanda dan Eropa, sementara sisanya untuk para pekerja pribumi. Dengan kondisi seperti itu, orang pribumi tidak bisa menikmati teh dengan kualitas daun pucuk. Hanya sisa batang dan daun-daun teh yang agak tua yang akhirnya dapat dikonsumsi oleh orang pribumi. Begitulah kondisi yang membentuk selera konsumsi orang Tegal terhadap teh. Sampai sekarang mereka terbiasa minum teh yang sepet dan pekat.


Selera terhadap cita rasa teh yang agak sepet ini justru membuka peluang bagi pengusaha untuk membuka pabrik teh di Tegal. Ada empat pabrik teh besar di Tegal yang menguasai pasar dalam negeri, yaitu Teh 2 Tang, Teh Poci, Teh Tong Tji, dan Teh Gopek. Keempatnya mendirikan pabrik pada kurun waktu yang hampir besamaan yaitu sekitar tahun 1940-an. Kehadiran 4 ‘raksasa’ ini di Tegal bukan tanpa alasan. Sebagian besar teh yang diproses di Tegal adalah teh beraroma bunga melati, sedangkan daerah perkebunan melati berada di Pekalongan yang posisinya sangat dekat dengan wilayah Tegal. Di wilayah Tegal sendiri, saat ini (2015) sudah ada perkebunan bunga melati yang dikelola oleh masyarakat, yaitu di Desa Suradadi dan Sidoharjo.
teh itu yg enak yang gimana sih.?
teh yang enak versi orang tegal itu, wasgitel (wangi, panas, legi/manis, kentel).
Pernah ngeteh di Guci selepas turun gunung Slamet, gerimis menemani kami mengobati rasa lapar mojok di warteg lalu ditutup dg teh hangat yg begitu suasan seimbang tepat ….weeew.
#curcol