DiTegal.com – Kota Tegal termasuk salah satu kota di Indonesia yang beruntung karena masih memiliki bangunan-banguna tua dengan berbagai langgam arsitekturnya. Melalui berbagai aset itulah orang dapat menelusuri perjalanan sejarah kota dan masyarakat Tegal.
Kota adalah suatu produk peradaban manusia. Koloni masyarakat kota adalah suatu kelompok teritorial di mana penduduknya menyelenggarakan kegiatan-kegiatan hidup sepenuhnya dan juga merupakan suatu kelompok terorganisasi yang tinggal secara kompak di suatu wilayah.
Itulah sebabnya untuk memahami sebuah kota, tidak bisa dilepaskan dari telaah sejarah masyarakat yang menyertainya. Jika kita sepakat memandang kota sebagai organisme yang hidup, maka dari sudut pandang sejarah ini tentu kita akan melihat siklus sebagaimana kehidupan berlangsung. Ada fase lahir, tumbuh, hingga akhirnya mengalami stagnansi bahkan kemunduran. Namun, kota yang selalu berkembang tentu dapat mempertahankan fase tumbuh dengan berbagai kemajuan terus-menerus yang dicapai.
Dalam konteks ini Tegal sebagai kota terus berkembang dengan berbagai perubahan. Kondisi ini dapat dilihat dari kekayaan arsitektur yang hingga kini masih bertahan meski sebagian juga telah hilang atau dihilangkan. Keberagaman bentuk dan pilihan desain hingga kini menjadi sumber inspirasi dan mendorong orang untuk tahu lebih jauh.
Sebagai kota pesisir misalnya, sejak dahulu Tegal sangat dikenal dengan pelabuhannya yang strategis. Sebelum abad ke-11, pelabuhan Tegal telah menjadi pelabuhan utama kerajaan Mataram (Hindu) di samping Cirebon dan Jepara.
Ketika Sultan Agung melakukan penyerangan terhadap Batavia (1828 dan 1829), pelabuhan Tegal menjadi pusat penyimpanan logistik. Kapal-kapal pasukan Mataram melakukan pengintaian terhadap patroli kapal-kapal VOC dari pelabuhan Tegal sebelum melakukan penyerbuan ke Batavia.
Sumber : Tegal Stad – Evolusi Sebuah Kota, Yono Daryono dkk.
