Home Uncategorized Pemindahan Pusat Pemerintahan Tegal

Pemindahan Pusat Pemerintahan Tegal

6580
0
Benteng Kaloran (1980) - Benteng Pasar PAgi merupakan bagian bangunan kraton Kaloran, pada tahun 1920 oleh Pemerintah Belanda tugu Benteng dijadikan gardu listrik untuk menerangi kota Tegal

Pergeseran kota raja Tegal dari desa Kraton ke Kaloran kemudian pindah ke selatan membawa implikasi perubahan tata ruang kota. Tegal merupakan daerah enclave Mataram, maka kelengkapan pusat kota (kota raja) banyak dipengaruhi gaya Mataraman dengan kelengkapan bangunan. Wilayah keraton berada dalam benteng dikenal “jero benteng” adalah pendapa Kaloran sebagai pusat pemerintahan Bupati Tegal dan tempat mukim pejabat-pejabat teras.

Tata ruang kota disesuaikan dengan desain pertahanan kota, hal ini masih bisa dilihat dari bangunan benteng kembar di depan Pasar Pagi yang masih bisa disaksikan sampai sekarang dan nama kampung-kampung di sekitar benteng menurut strata kepangkatan pejabat Kabupaten.

Bangunan berbentuk benteng terbuat dari batu bata tebal dengan pilar-pilar berbentuk benteng berdiameter panjang 6 meter lebar 6 meter dan tinggi 3,5 meter. Bangunan ini memang mirip benteng, meski ada yang menduga sebagai gardu listrik, menilik adanya Kraton Kaloran besar kemungkinan bangunan ini adalah sebagai benteng.

Pada mulanya ada yang memperkirakan bangunan ini adalah benteng karena bentuknya seperti sebuah benteng, apalagi dikuatkan dengan bangunan dalam terdapat kraton Kaloran, tempat tinggal Adipati Tegal, Adipati Martalaya. Bangunan ini pada jaman Belanda (1920) dijadikan gardu listrik untuk menghidupi aliran listrik di kota Tegal.

Istana Kadipaten kemudian dipindah lagi ke selatan dengan kelengkapan pusat tata ruang “kota raja” dengan BAlai KAdipaten sebagai kantor Adipati Tegal dilengkapi bangunan utama Balairung Utama (Dalem Adipati) dan Pendapa (Balairung). Terdapat pula Pendapa yang menjadi teras keraton yang menjadi tempat interaksi Adipati dengan pejabat negeri atau rakyatnya.

Kampung-kampung di sekitar istana kadipaten diperuntukkan bagi pejabat-pejabat negeri(kabupaten) disesuaikan dengan pejabatnya, ada kampung Mangkukusuman yang merupakan tempat tinggal pejabat negeri bernama Mangkukusuma (pemangku kesuma). Kampung Sentanan yang didiami para prajurit (sentana), kampung Kaloran didiami oleh Bupati Tegal karena posisinya ada di sebelah utara keraton kabupaten maka disebut Kaloran (Lor).

Sementara di sebelah selatan kabupaten (di belakang keraton kabupaten) biasa ditempati abdi dalem, plekatik yang merawat kuda-kuda milik Adipati, serta tukang pungkur rumput sehingga kampung dinamakan Pungkuran. Pungkuran juga dimaksudkan tempat di belakang kabupaten (mungkur = membelakangi).

Alun-alun menjadi sentral tata ruang kota klasik terutama tata ruang gaya Mataraman. Fungsi alun-alun adalah ruang publik, untuk keperluan mengumpulkan rakyat atau pengadilan. Di alun-alunlah biasanya Adipati memutuskan hukuman kepada pesakitan di tengah-tengah alun-alun disaksikan ratusan rakyatnya. ALun-alun juga sering digunakan rakyat untuk memprotes kebijakan Adipati dengan cara pepe. Alun-alun dalam bangunan Jawa memiliki nilai, filosofi dan penjaga keseimbangan kosmis tata ruang kota raja.

Di sekitar barat alun-alun ada bangunan Masjid Agung dan di belakang masjid tinggal pemukiman pengurus masjid, ulama dan santrinya membentuk satu kaum disebut Pekauman. Pada perkembangannya ketika orang Arab datang ke Tegal ia akan lebih memilih tinggal di daerah Pekauman karena kedekatan agama dan ideologis. Namun sejalan perjalanan waktu orang-orang Arab ini menyebar hingga ke Slawi dan disanan membentuk kampung Arab (Slawi Kulon).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.